Sofskill Ketahanan Nasional Indonesia dalam Aspek Sosial Budaya

| Minggu, 07 Juni 2015
ASPEK SOSIAL BUDAYA

Ketahanan Sosial Budaya diartikan sebagai kondisi dinamik budaya yang berisi keuletan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menhadapi dan mengatasi ATHG baik yang datang dari dalam maupun luar, baik yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup sosial NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi sosial budaya manusia yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun bersatu, berkualitas, maju dan sejahtera, dalam kehidupan selaras, serasi, seimbang serta kemampuan menangkal budaya asing yang tidak sesuai budaya nasional. Esensi ketahanan budaya adalah 8 peraturan dan penyelenggaraan kehidupan sosial budaya, dengan demikian ketahanan sosial budaya merupakan pengembangan sosial budaya dimana setiap warga masyarakat dapat mengembangkan kemampuan pribadi dengan segenap potensinya berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan diwujudkan sebagai aturan tuntutan sikap dan tingkah laku bangsa dan akan memberikan landasan, semangat, jiwa secara khas yang merupakan ciri pada elemen-elemen sosial budaya bangsa Indonesia.
Dalam negara berkembang ada fenomena perubahan sosial yang disebabkan adanya faktor-faktor fisik geografis, biologis, teknologis dan kultural, terutama faktor tekonologis kultural memegang peranan penting untuk perubahan sosial.
Dari faktor di atas yang memegang peranan penting adalah faktor teknologi dan kebudayaan. Hal ini disebabkan karena perubahan di bidang teknologi dan  kebudayaan berjalan sangat cepat. Perlu diketahui bahwa perubahan sosial budaya disebabkn oleh fator yang datangnya dari luar dan dari dalam, dan faktor dari luar biasanya jauh lebih dominan. Oleh karena itu faktor dari luar perlu mendapatkan perhatian khusus. Untuk dapat memahami perubahan sosial perlu dipelajari bagaimana  perubahan itu diterima oleh masyarakat. Apabila hal ini dihungkan dengan ketahan sosial budaya, maka  pengaruh budaya seperti budaya  konsumtif, hedonisme, pornografi, sex bebas, kejahatan dunia maya, sendikat  narkoba dapat membahayakan kelangsungan hidup dalam bidang budaya nasional.
Disadari atau tidak pengaruh budaya luar pasti sulit ditolak, namun hal yang perlu diwaspadai adalah pengaruh dampak negatif yang mungkin akan terjadi yang dapat membahayakan kepribadian bangsa. Tidak menutup kemungkinan bahwa pihak luar sengaja  menyebarkan pengaruhnya  melalui sarana teknologi kominikasi  yang akan menguntungkan bagi negaranya. Terhadap pengaruh semacam ini bangsa Indonesia harus waspada dan memiliki daya tahan  untuk menanggulanginya.
Dengan demikian persoalan yang harus dipecahkan adalah bagaimana caranya mengarahkan perubahan sosial, mengingat bahwa pengaruh kebudayaan asing tidak dapat dicegah sehingga tidak merusak kehidupan masyarakat dan kepribadian bangsa Indonesia.
Mengenai perubahan sosial Lukman Sutrisno peranah menawarkan adanya Sosial Enggenering yaitu konsep mesin sosial yang sangat berguna  untuk  meminimalisasi akibat terjadinya perubahan sosial. Oleh karena perubahan sosial pasti terjadi  seperti  akibat adanya globalisasi, pasar bebas, modernisasi, revolusi transpotasi, revolusi komunikasi.
Dalam usaha meningkatkan ketahanan sosial budaya  perlu disosialisasikan  pengembangan budaya lokal, mengembangkan kehidupan beragama yang serasi, meningkatkan pendidikan kepramukaan yang mencintai budaya  nusantara, dan menolak budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Mengenai budaya yang harus dipertahanakan  adalah menjaga harmoni dalam kehidupan sebagai nilai esensi manusia; menjaga keseimbangan dan keselarasan dengan  alam, sesaman manusia (masyarakat), Tuhan dan keseimbangan lahir, batin (fisik dn mental spiritual).
Faktor di atas bila dihubungkan dengan ketahan budaya; pengaruh budaya luar yang negatif dapat membahayakan kelangsungan hidup budaya nasional. Untuk mencegahnya diperlukan “filter” dimana unsur-unsur tradisi bangsa, pendidikan nasional, kepribadian nasional,  memegang peranan penting dalam menepis ancaman tersebut.
Dalam pembangunan di bidang ekonomi  faktor non ekonomis dapat mempercepat  pembangunan yang harus dikembangkan.  Menurut para ahli  faktor non ekonomis  itu mencakup:  demografis, struktur masyarakat, dan mental. Pembahasan sosial-budaya secara sempit, maka faktor yang relevan adalah struktur masyarakat dan mental.  Masyarakat Indonesia dapat dibagi baik  secara  vertikal dan horisontal. Secara vertikal  dapat  menghasilkan golongan sosial seperti golongan tani, buruh dan pegawai, sedang secara horisontal  disebut stratifikasi sosial   yang menghasilkan lapisan  bawah (pedesaan), menengah dan tinggi.  Pada masyarakat Eropa Barat ketika terjadi “revolusi  lndustri”, yang diawali dengan “revolusi hijau” peranan  kelas menengah sangat dominan untuk melakukan modernisasi  sehingga menghasilkan masyarakat Eropa yang maju.

Faktor  mental bangsa sangat mempengaruhi keberhasilan  pembangunan.  Menurut Koentjaraningrat, ciri mental manusia Indonesia dapat dibagi  dalam 3 golongan, yaitu:
- Ciri mental Asli (ciri mental petani)
- Ciri mental yang berkembang sejak zaman penjajahan ( cirri mental priyayi)
- Ciri mental yang berkembang sejak Perang Dunia II

Menurut sarjana tersebut mentalitas bangsa Indonesia belum memiliki mentalitas yang cocok untuk pembangunan. Oleh karena itu tiga ciri mentalitas di atas harus ditinggalkan dan  diganti ciri mental baru yang dikemukakan oleh J. Tinbergen. Bangsa yang ingin maju harus memiliki sifat-sifat:
1. Menaruh perhatian besar dan menilai tinggi benda materi9
2. Menilai tinggi tekonologi dan berusaha untuk menguasainya
3. Berorientasi ke masa depan yang lebih cerah
4. Berani mengambil resiko
5. Mempunyai jiwa yang  tabah dalam usaha
6. Mampu bekerjasama dengan sesamanya secara berdisiplin dan bertanggung jawab.

Dengan memperhatikan kedua sarjana  tersebut, maka dapat  disimpulkan jika bangsa Indonesia ingin maju  maka ciri mental yang lama harus ditinggalkan dan diganti dengan cirri mental yang cocok namun  tatap memiliki kepribadian bangsa.
Mengenai hakekat  hidup ini Koetjaraningrat berpendapat  bahwa nilai yang paling cocok dalam pembangunan  adalah nilai yang memandang aktif  terhadap hidup.  Sedang mengenai hakekat karya  ada yang bertujuan bahwa karya untuk hidup, karya untuk mencapai kehidupan, dan karya untuk menghasilkan karya lebih banyak lagi. Menurut Magnis Suseno (1978) bangsa Indonesia telah memiliki etos kerja yang baik; kerja keras, efisien,  mengembangkan prestasi, rajin, rapi, sederhana, jujur, mengunakan rasio dalam mengambil keputusan dan tindakan, bersedia melakukan perubahan, dapat melakukan setiap kesempatan, bekerja mandiri, percaya pada kekuatan sendiri mau bekerjasama yang saling menguntungkan.  Namun etos kerja di atas hanya dimiliki oleh  kalangan elit saja. Kurang berkembangnya potensi yang sesuai dengan mental pembangunan yang bermuara pada etos kerja itu  dikarenakan  perkejaan mereka  belum mendapatkan  imbalan yang sepantasnya, kurangnya  penghargaan dan kesempatan untuk maju. Apabila manusia dihargai semestinya, mereka akan bekerja dengan rajin, teliti, setia dan inovatif.
Dalam usaha mengadakan perombakan   mental  bangsa,  pendidikan memegang   peran penting. Oleh karena fungsi pendidikan  bersifat mengubah  secara tertib ke arah tujuan yang dikehendaki. Mendidik dalam arti luas  adalah mendewasakan manusia agar dapat berpartisipasi  penuh dan mengembangkan  bakatnya menumbuhkan kehidupan  sosial sesuai dengan tuntutan jaman.  Oleh karena itu diperlukan sistem pendidikan  yang mempu membawa masyarakat ketujuan nasionalnya.
Menurut  Ahmad Syafii Maarif Guru Besar Filsafat Sejarah UNY (2004), Pendidikan yang diperlukan bangsa Indonesia adalah  Peningkatan moralitas bangsa.  Hal ini diungkapkan karena Indonesia mengalami bencana krisis moral dalam bidang ekonomi  yang mengancam kepentingan hidup orang banyak.  Krisis ini semakin dahsyat tidak hanya akibat depresi ekonomi. Wabah korupsi  yang sudah demikian kronis  akan berakibat kehancuran dan kebangkrutan negara. Dengan demikian harus sesegera mungkin mengingatkan dan menyadarkan para pejabat  dari budaya korup.  Akibat dari krisis moral adalah budaya rakus, mereka akan menggunakan  dan menghalalkan segala cara untuk mengikuti nafsu hewani, demi tujua yang diinginkan.
Dalam usaha untuk mengatasinya budaya  KKN diperlukan kesabaran yang tinggi, tanpa kesabaran tidak mungkin ada  penyembuhan. Kombinasi tiga unsure yaitu;   Ilmu, amal dan sabar, hal inilah yang dapat menghapus sifat manusia. Tugas untuk pencerahan dan pencerdasan moral adalah tanggung jawab Depdikbud, Depag, elit politik, dan setipa WNI karena pendidikan  yang langsung ditatap, diserap, ditiru dan selanjutnya kita tidak boleh menyerah pada  kepengapan dan  keboborokan (A Syafii Maarif, 2004: 3).
Pembaruan di bidang pendidikan di dasarkan atas  falsafah negara Pancasila  dan diarahkan untuk membentuk manusia pembangunan yang  ber-pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani.  Dalam hal ini perlu dikembangkan sistem pendidikan yang cocok untuk keperluan pembangunan;  sistem  pendidikan yang dimaksudkan harus dapat menghasilkan tenaga pembangunan yang terampil, menguasai IPTEKS, sekaligus memilki pandangan hidup berdasarkan Pancasila  serta kuat jasmani dan rohani.
Dalam era reformasi bangsa  kita kurang memperhatikan ketahanan di bidang sosial budaya, hal ini dapat dilihat adanya penafsiran keliru terhadap kebebasan yang justru mengakibatkan konflik  berbau SARA yang dahulu dikritik oleh ORBA dan LSM.
Dalam ketahanan di bidang budaya harus diingat bahwa demokrasi harus menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat, tidak hanya di bidang politik saja, melainkan bidang ekonomi, budaya dan agama. Oleh karena itu sudah saatnya kalangan intelektual kampus mengembangkan ketahanan nasional bukan hanya untuk kepentingan kekuasaan, sekelompok penguasa, namun untuk kepentingan keamanan dan kesejahteraan seluruh bangsa agar dapat  hidup aman dan damai yang mengedepankan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,  persatuan, kerakyatan dan keadilan.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲