Latest Post

Norma dan Etika dalam Pemasaran, Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Finansial

| Minggu, 20 November 2016
Baca selengkapnya »

Pandangan dan Perlindungan Konsumen
Dalam pendekatan pasar terhadap perlindungan konsumen, keamanan konsumen di lihat sebagai produk yang paling efisien bila di sediakan melalui mekanisme pasar bebas, di mana penjual memberikan tanggapan terhadap permintaan konsumen.
Sejumlah teori berbeda tentang etis produsen telah di kembangkan, masing-masing menekankan keseimbangan yang berbeda antara kewajiban konsumen pada diri mereka sendiri dengan kewajiban produsen pada konsumen, yaitu :
1. Teori Kontrak Kewajiban Produsen Terhadap Konsumen
     Menurut pandangan kontrak kewajiban produsen terhadap konsumen, hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada dasarnya merupakan hubungan kontraktual, dan kewajiban moral perusahaan pada konsumen adalah seperti yang di berikan dalam hubungan kontraktual. Pandangan ini menyebutkan bahwa saat konsumen membeli sebuah produk, konsumen secara sukarela menyetujui "kontrak penjualan" dengan perusahaan. Pihak perusahaan secara sukarela memberikan sebuah produk pada konsumen dengan karakteristik tertentu, dan konsumen juga dengan sukarela membayarkan sejumlah uang pada perusahaan untuk produk tersebut. Karena telah sukarela menyetujui perjanjian tersebut, pihak perusahaan berkewajiban memberikan produk sesuai dengan karakteristik yang di maksud.
2. Teori Due Care
     Teori ini menerangkan tentang kewajiban perusahaan terhadap konsumen, di dasarkan pada gagasan bahwa pembeli dan konsumen tidak saling sejajar, dan bahwa kepentingan-kepentingan konsumen sangat rentan terhadap tujuan-tujuan perusahaan, yang dalam hal ini memiliki pengetahuan dan keahlian yang tidak di miliki konsumen.Pandangan ini juga menyatakan bahwa konsumen harus bergantung pada keahlian produsen, maka produsen tidak hanya berkewajiban untuk memberikan produkyang sesuai klaim yang di buatnya, namun juga wajib berhati-hati untuk mencegah agar orang lain tidak terluka oleh produk tersebut, sekalipun perusahaan secara eksplisit menolak pertanggungjawaban ini bila mereka gagal memberikan perhatian yang seharusnya.
3. Teori Biaya Sosial
     Teori ini menegaskan bahwa produsen bertanggungjawab atas semua kekurangan produk dan setiap kekurangan yang di alami konsumen dalam memakai produk tersebut. Walaupun teori ini menguntungkan konsumen, rupanya sulit mempertahankannya. Kritik yang dapat di ungkapkan sebagai berikut :
a. Teori Biaya Sosial tampaknya kurang adil, karena menganggap orang bertanggungjawab atas hal-hal yang tidak di ketahui atau tidak bisa di hindarkan.
b. Membawa kerugian ekonomis, bila teori ini di terapkan maka produsen terpaksa harus mengambil asuransi terhadap kerugian dan biaya asuransi itu bisa menjadi begitu tinggi, sehingga tidak terpikul lagi oleh banyak perusahaan.
Ada juga tanggungjawab bisnis lainnya terhadap konsumen, yaitu :
a. Kualitas produk, di maksudkan bahwa produk sesuai dengan apa yang di janjikan oleh produsen, dan apa yang secara wajar boleh di harapkan oleh konsumen.
b. Harga, harus adil. Karena itu, masalah harga menjadi suatu kenyataan ekonomis sangat kompleks yang di tentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktornya seperti biaya produksi, biaya investasi, promosi, pajak, di tambah laba yang wajar.
c. Pengemasan dan pemberian label, merupakan aspek bisnis yang semakin penting. Selain bertujuan melindungi produk dan memungkinkan memergunakan produk dengan mudah, juga berfungsi untuk memromosikan produk, terutama di era toko swalayan sekarang.



Etika Iklan
Iklan adalah pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang suatu produk yang di sampaikan melalui suatu media, di biayai oleh pemrakarsa yang di kenal serta di tujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
Periklanan adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, penyampaian dan umpan balik dari pesan komunikasi pemasaran.
Etika Periklanan di Indonesia di atur dalam Etika Pariwara Periklanan Indonesia (EPI). EPI menyusun pedoman tata krama periklanannya melalui 2 tatanan :
1. Tata Krama
     Metode penyebarluasan pesan periklanan kepada masyarakat, meliputi :
a. Tata krama isi iklan
b. Tata krama raga iklan
c. Tata krama pemeran iklan
d. Tata krama Wahana iklan
2. Tata Cara
     Hanya mengatur praktek usaha para pelaku periklanan dalam memanfaatkan ruang dan waktu iklan. Ada 3 asas umu EPI yang di jadikan dasar, yaitu :
a. Jujur, benar, dan bertanggungjawab
b. Bersaing secara sehat
c. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Privasi Konsumen
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang di kehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Adapun definisi lain dari privasi, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memeroleh pilihan-pilihan atau kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang di inginkan. Tingkatan privasi yang di inginkan menyangkut keterbukaan atau kertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar di capai oleh orang lain.

Multimedia Etika Bisnis
Elemen dari multimedia terdiri dari teks, graph, audio video, dan animasi. Bicara mengenai multimedia tidak lepas dari statiun TV, koran, majalah, buku, radio, internet provider, event organizer, advertising agency, dll. Sebagai saluran komunikasi, media berperan efektif sebagai pembentuk sirat konsumerisme.
Etika berbisnis dalam multimedia di dasari pada pertimbangan sebagai berikut :
1. Akuntabilitas perusahaan, di dalamnya termasuk corporate governance, kebijakan keputusan, manajemen keuangan, produk dan pemasaran serta kode etik.
2. Tanggungjawab sosial, yang menunjuk pada peranan bisnis dalam lingkungannya, pemerintah lokal dan nasional, dan kondisi bagi pekerja.
3. Hak dan kepentingan stakeholder, yang di tunjukan pada mereka yang memiliki andil dalam perusahaan, termasuk pemegang saham, owners, para eksekutif, pelanggan, supplier dan pesaing.



Etika Produksi
Produksi adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa baru, sehingga dapat menambah jumlah, mengubah bentuk, atau memerbesar ukurannya.
Hal yang wajib di perhatikan dalam etika produksi, yaitu :
1. Nilai
     Nilai merupakan aturan main yang di buat pengusaha dan menjadi patokan dalam berusaha.
2. Hak dan Kewajiban
     Pengusaha yang mengerti etika akan meminta haknya sebagai pihak yang mendapat keuntungan dari hasil usaha, namun ia juga memahami kewajibannya, misalnya menggaji karyawan, membayar pajak, dll.
3. Peraturan Moral
     Perturan moral menjadi acuan tertulis yang sangat penting bagi pengusaha ketika mengalami di lema atau permasalahan, baik internal atau eksternal.
4. Menepati Janji
     Apabila sudah berjanji mengelola lingkungan, maka harus menepati janji tersebut.
5. Saling Membantu
     Saling membantu misalnya, memrioritaskan perekrutan karyawan dari masyarakat di sekitar perusahaan.
6. Menghargai Orang Lain
     Menghargai orang lain misalnya, memberikan gaji yang layak kepada karyawan.
7. Menghargai Milik Orang Lain
     Menghargai milik orang lain misalnya, hak cipta.


Pemanfaatan SDM
Dalam pemanfaatan SDM, permasalahan yang masih di hadapi adalah :
1. Kualitas SDM yang sebagian besar masih rendah atau kurang siap memasuki dunia kerja atau dunia usaha.
2. Terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan.
3. Jumlah angka pengangguran yang cukup tinggi.
Dalam pemanfaatan SDM tersebut, maka solusinya adalah dengan melaksanakan :
1. Program pelatihan bagi tenaga kerja, sehingga tenaga kerja memiliki keahlian yang sesuai dengan lapangan yang tersedia.
2. Pembukaan investasi-investasi baru.
3. Melakukan program padat karya.
4. Memberikan penyuluhan dan informasi yang cepat mengenai lapangan pekerjaan.

Etika Kerja
Etika kerja adalah sistem nilai atau norma yang di gunakan oleh seluruh karyawan perusahaan, termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari-hari.
Perusahaan dengan etika yang baik akan memiliki nilai-nilai berikut :
1. Kejujuran
2. Keterbukaan
3. Loyalitas kepada perusahaan
4. Konsisten kepada keputusan
5. Dedikasi kepada stakeholder
6. Kerjasama yang baik
7. Disiplin
8. Bertanggungjawab
Hak-hak Pekerja sebagai berikut :
1. Hak dasar pekerja mendapat perlindungan atas tindakan PHK.
2. Hak khusus untuk pekerja perempuan
3. Hak dasar mogok kerja
4. Hak untuk membuat PKB (Perjanjian Kerja Bersama)
5. Hak dasar pekerja atas pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti dan libur
6. Hak pekerja atas perlindungan upah
7. Hak pekerja untuk jaminan sosial dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
8. Hak pekerja untuk hubungan kerja






Norma dan Etika dalam Pemasaran, Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Finansial

Posted by : Unknown on :Minggu, 20 November 2016 With 0komentar

Etika Bisnis

| Sabtu, 19 November 2016
Baca selengkapnya »
Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah penerapan etika dalam dunia bisnis. Seperti : Etika Terapan pada Umumnya, Bidang Kajian Etika Bisnis Terkategori, dalam : Level Makro, Level Mikro, Level Individu dan Level Internasional.

Model Etika dalam Bisnis
Menurut Carrol dan dan Buchollz (2005) dalam Rudito (2007), tingkatan Manajemen dalam penerapan etika bisnis di bagi menjadi 3, yaitu :
1. Immoral Manajemen
     Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer tipe ini pada umumnya tidak mengindahkan apa yang di maksud moralitas, baik dalam internal organisas maupun dalam menjalankan bisnisnya. Biasanya juga tipe ini memanfaatkan kelemahan-kelemahan dalam komunitas untuk kepentingan diri sendiri, baik individu maupun kelompok. Kelompok ini selalu menghindar dari yang di sebut etika.
2. Amoral Manajemen
     Amoral manajemen merupakan tingkatan kedua dari model manajemen dalam menerapkan prinsip etika bisnis. Berbeda dengan Immoral manajemen, ada 2 tipe Amoral manajemen, yaitu :
Pertama, manajer yang tidak sengaja. Tipe ini di anggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang di perbuat sebenarnya langsung maupun tidak akan memberikan efek pada pihak lain.
Kedua, manajer yang sengaja. Tipe ini sebenarnya memahami aturan dan etika yang harus di jalankan, namun kadang secara sengaja melanggar berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain.
Menurut Widyahartono, berikut adalah dasar pemikiran Amoral manajemen :
a. Bisnis adalah suatu bentuk persaingan yang mengutamakan dan mendahulukan kepentingan ego- pribadi. Bisnis di perlakukan seperti seperti permainan yang aturannya sangat berbeda dari aturan dalam kehidupan sosial.
b. Orang yang mematuhi aturan moral dan ketanggapan sosial akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di tengah persaingan ketat yang tak mengenal "values" yang menghasilkan segala cara.
c. Kalau suatu praktek bisnis di benarkan secara ilegal, maka para penganut bisnis amoral itu justru menyatakan bahwa praktek bisnis itu secara moral mereka dapat di benarkan.

Pengertian Agama, Filosofi, Budaya dan Hukum
1. Agama
     Agama adalah sumber dari segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya yang absolut. Setiap agam mengandung ajaran moral atau etika yang di jadikan pegangan bagi para penganutnya. orang-orang dalam organisasi bisnis secara luas harus menganut nilai Shiddiq, Tabligh, Amanah dan Fathonah.
2. Filosofi
     Filosofi adalah studi mengenai kebijaksanaan, dasar-dasar pengetahuan dan proses yang di gunakan untuk mengembangkan dan merancang pandangan mengenai suatu kehidupan. Setiap filosofi individu akan di kembangkan dan akan memengaruhi perilakunya, pengembangannya melalui belajar dari hubungan interpersonal, pengalaman pendidikan formal dan informal, keagamaan, budaya dan lingkungan.
3. Budaya
     Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan di miliki bersama oleh sebuah kelompok yang di warisi dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
4. Hukum
     Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi, dan masyarakat dalam berbagai cara dan tindakan, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Etika
1. Leadership
     Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk memengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusi demi efektivitas dan keberhasilan organisasi.
2. Strategi dan Performasi
     Strategi dan Performasi adalah cara atau langkah-langkah yang di perlukan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, perlu kekreatifan dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaan mencapai tujuan, terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya.
3. Karakter Individu
     Karakter individu merupakan proses psikologi yang memengaruhi individu dalam memeroleh, mengonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman.
4. Budaya Organisasi
     Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang di kembangkan dalam organisasi yang di jadikan pedoman tingkah laku bagi anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

Etika Bisnis

Posted by : Unknown on :Sabtu, 19 November 2016 With 0komentar

Model Etika dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Etika Manajerial

| Kamis, 27 Oktober 2016
Baca selengkapnya »
A.      Etika Bisnis adalah penerapan etika dalam dunia bisnis, artinya penerapan prindip – prinsip dan norma – norma dalam bidang bisnis. Bidang kajian etika bisnis terkategori dalam : level makro, level mikro, level individu dan level internasional.

B.        Model Etika dalam Bisnis, menurut Carrol dan Buchollz (2005) dalam Rudito (2007 : 49), dilihat dari cara para pelaku bisnis dalam menerapkan etika dalam bisnisnya, di bagi menjadi tiga tingkatan :
1.             Immoral Manajemen
Merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip – prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang di maksud dengan moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku bisnis yang tergolong dalam tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan – kelemahan dan kelengahan – kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang di sebut etika. Bahkan hokum di anggap sebagai batu sandungan dalam menjalanakan bisnisnya.
2.             Amoral Manajemen
Merupakan tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe ini, yaitu :
Pertama, manajer yang tidak sengaja berbuat amoral, tipe ini adalah para manajer yang di anggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang di perbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah aktivitasn bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum.
Kedua, manajer yang sengaja berbuat amoral, tipe ini sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus di jalankan, namun terkadang secara sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan – pertimbangan bisnis mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain – lain.
3.             Moral Manajemen
Merupakan tingkatan tertinggi dari penerapan nilai – nilai etika atau moralitas dalam bisnis. Nilai – nilai etika dan moralitas di letakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk perilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tie ini, hanya menerima dan mematuhi aturan – aturan yang berlaku, namun juga terbiasa meletakan prinsip – prinsip etika dalam kepemimpinannya.

C.            Sumber Nilai Etika
1.             Agama
Agama adalah sumber dari segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya yang absolute, tiada keraguan dan tidak boleh di ragukan. Pada umumnya, kehidupan beragama yang baik akan menghasilkan kehidupan moral yang baik pula.
2.             Filosofi
Filosofi adalah studi mengenai kebijaksanaan, dasar – dasar pengetahuan dan proses yang di gunakan untuk mengembangkan dan merancang pandangan mengenai suatu kehidupan. Seseorang akan mengembangkan filosofinya melalui belajar dari hubungan interpersonal, pengalaman pendidikan formal dan informal, keagamaan, budaya dan lingkungannya.
3.             Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan di miliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan di wariskan dari generasi ke generasi. Terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.
4.             Hukum
Hokum adalah system yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak sebagai perantara utama dalam hubungan social antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hokum pidana.

D.           Faktor – factor yang Memengaruhi Etika
1.             Leadership
Leadership atau kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk memengaruhi, memotivasi dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi.
2.             Strategi dan Performasi
Strategi dan Performasi adalah fungsi yang penting dari sebuah manajemen untuk kreatif dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan perusahaan terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai kompromi etika.
3.             Karakter Individu
Karakter Individu merupakan suatu proses psikologi yang memengaruhi individu dalam memeroleh, mengonsumsi serta menerima barang dan jasa, serta pengalaman.
4.             Budaya Organisasi
Budaya Organisasi adalah seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai – nilai dan norma yang di kembangkan dalam organisasi yang di jadikan pedoman tingkah laku bagi anggota – anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

Model Etika dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Etika Manajerial

Posted by : Unknown on :Kamis, 27 Oktober 2016 With 0komentar

Framing : Cara Media Memanipulasi Informasi

| Selasa, 22 Maret 2016
Baca selengkapnya »
Framing adalah cara bagaimana media memanipulasi informasi, baik dalam televisi, radio, media cetak maupun media online, hal inilah yang dmenggendong anak kecil, ditambah dengan nuansa musik yang damai. Sedangkan calon gubernur B selalu diberitakan media tidak sebaik calon gubernur A, seperti tentang ia salah bicara, joget-joget dalam pesta atau sedang berada diatas mobil mewah. Seperti contoh-contoh sebelumnya, berita ini tidak bohong, namun media sedang melakukan framing, dengan cara menyeleksi informasi untuk membentuk
persepsi bagi pembaca, pendengar atau permisa sesuai dengan keinginan media.
Dari sekian banyak contoh framing media yang dapat kita lihat secara jelas, ditambah
dengan penjelasan dari metode-metode framing diatas, ini menunjukan kita sebagai pembaca, pendengar atau pemirsa harus lebih selektif dalam menyerap informasi dari berita yang disajikan oleh media, tidak langsung percaya begitu saja oleh satu berita, karna bisa saja persepsi kita terbawa sesuai dengan tujuan framing media. Maka jadilah pemirsa yang cermat dan kritis.ibahas dalam video tersebut. Karena meskipun secara teknis prinsip jurnalistik dan kode etik dipatuhi dalam memproduksi berita, bukan berarti informasi yang disajikan media tersebut dapat sepenuhnya dipercaya. Media dalam menyajikan berita memiliki strategi lain, yang dimana strategi tersebut untuk menggiring opini para pembaca, pendengar atau pemirsa, yaitu dengan cara melakukan pembingkaian atau framing. Framing adalah salah satu cara media menyampaikan berita yang dikemas sedemikian rupa bagi khalayak, framing tidak berbohong, namun memcoba membelokan fakta secara halus melalui penyeleksian informasi, penonjolan aspek tertentu, pemilihan kata, bunyi atau gambar, hingga meniadakan informasi yang seharusnya disampaikan. Tujuan dari framing sendiri adalah untuk membingkai suatu informasi agar lahir citra, kesan atau makna tertentu yang diinginkan oleh media. Metode-metode dalam membingkai atau framing informasi adalah :

1. Cover Both Sides (Prinsip Keberimbangan)
Porsi bicara tidak berimbang atau tidak tepat, yaitu apabila satu pihak diberi ruang maka pihak lain juga harus diberi ruang, tapi kesempatan atau waktu itupun tidak harus sama, contoh apabila wawancara dengan pihak si A berjalan selama satu menit, bukan berarti wawancara dengan pihak si B sama dengan waktu pihak si A selama
satu menit. Utamanya adalah informasi yang didapat dari berbagai pihak sudah cukup diberi ruang secara proporsional dan substansinya sudah tersampaikan. Meskipun prinsip Keberimbangan (Cover Both Sides) sudah diterapkan, media kerap memberi bingkai atau framing kepada salah satu pihak, seperti mengutip pendapat ala kadarnya, mengutip bagian yang tidak menjawab persoalan, bahkan tidak jarang media hanya mengutip penjelasan yang konyol sekadar untuk dijadikan olok-olokan agar terlihat pihak tersebut semakin bersalah. Secara formal kode etik memang ditaati, namun isinya dikemas sedemikian rupa agar isinya tidak merugikan bagi
semua pihak.

2. Berita Sesuai Fakta Namun Dibungkus Menggunakan Sudut Pandang Tertentu
Hal ini adalah cara lain media dalam melakukan framing. Dengan teknik ini fakta yang ada dipilih dan dipilah oleh media untuk membentuk kesan tertentu, misalnya berita tentang calon presiden A yang menang di TPS Penjara Khusus Koruptor, atau berita tentang calon presiden B yang menang di TPS Tempat Prostitusi. Berita tersebut bias saja tidak bohong, namun media sedang melakukan framing dengan maksud membentuk persepsi atau kesan tertentu mengenai seseorang yang
diberitakan. Berita framing lain bias dilihat dari berita tentang demo buruh hanya di tulis “Sampah Sisa Demo Menggunung, Tanggung Jawab Siapa?” atau tuntutan liburan ke Bali, “Buruh Menuntut Liburan ke Bali” isi tuntutannya sendiri kerap kali tidak terliput, dalam hal ini media sedang melakukan framing bahwa tuntutan buruh
mengada-ada.

3. Penggunaan Kata Sifat Bernada Positif atau Negatif
Media tidak mendeskripsikan peristiwa atau perilaku seseorang, tapi media menilainya. Penilaian ini dilakukan oleh Redaksi, bukan mengutip pendapat seseorang. Caranya adalah dengan menggunakan berbagai kata sifat seperti, tegas, ragu-ragu, lembek, jujur dan lain sebagainya. Contoh walikota X menolak izin
pendirian mall baru, media malah memberitakan walikota X adalah orang yang tegas. Contoh lain framing dengan menggunakan kata sifat misalnya “Pejabat itu Jujur” “Pengusaha itu Culas”, kata sifat tidak memiliki ukurang yang bias diterima semua orang, penggunaannya cenderung subyektif dari media atau wartawan. Idealnya
adalah dengan memberi pembuktian dengan mendeskripsikan kejujuran atau keculasan seseorang melalui peristiwa, testimony orang, data atau prestasi kerjanya.

4. Menyeleksi Gambar dan Menyematkan Musik
Dengan gambar dan musik tertentu, seseorang dapat dikesankan galak, lugu, bodoh, berani dan lain sebagainya. Misalnya dalam sebuah pilkada kemunculan calon gubernur A selalu diberitakan media tentang ia sedang bekerja, memimpin rakyat danmenggendong anak kecil, ditambah dengan nuansa musik yang damai. Sedangkan
calon gubernur B selalu diberitakan media tidak sebaik calon gubernur A, seperti tentang ia salah bicara, joget-joget dalam pesta atau sedang berada diatas mobil mewah. Seperti contoh-contoh sebelumnya, berita ini tidak bohong, namun media sedang melakukan framing, dengan cara menyeleksi informasi untuk membentuk
persepsi bagi pembaca, pendengar atau permisa sesuai dengan keinginan media.

Dari sekian banyak contoh framing media yang dapat kita lihat secara jelas, ditambah
dengan penjelasan dari metode-metode framing diatas, ini menunjukan kita sebagai pembaca,
pendengar atau pemirsa harus lebih selektif dalam menyerap informasi dari berita yang disajikan
oleh media, tidak langsung percaya begitu saja oleh satu berita, karna bisa saja persepsi kita
terbawa sesuai dengan tujuan framing media. Maka jadilah pemirsa yang cermat dan kritis.

Framing : Cara Media Memanipulasi Informasi

Posted by : Unknown on :Selasa, 22 Maret 2016 With 0komentar
Next Prev
▲Top▲